hore tulisan ku mlaku

Sabtu, 05 Maret 2016

banjir

Banjir Bandang Kini Sering Terjadi di Tuban Sabtu, 27 Desember 2014 | 15:46 WIB share facebook share twitter share google+ share pinterest Banjir Bandang Kini Sering Terjadi di Tuban Umat Nasrani jemaat Pniel GBIP Yudha Wyogrha mengikuti Kebaktian Natal di gereja yang terendam banjir di Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat, 25 Desember 2014. TEMPO/Prima Mulia TEMPO.CO, Bojonegoro - Setelah banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo, bencana banjir bandang kini semakin sering terjadi di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Kerusakan hutan di Gunung Kapur Utara, Tuban, dan pegunungan di Bojonegoro menjadi penyebab utama banjir bandang. Dalam 15 hari terakhir, antara 15 November hingga 26 Desember 2014, terjadi tiga banjir bandang di dua kabupaten ini. Terakhir, banjir bandang di Desa Sumurgung dan Pakel, Kecamatan Montong, dan di Desa Temayang Kerek, Tuban, pada Jumat, 26 Desember 2014. (Baca: Wagub Djarot Minta Wali Kota Hibur Korban Banjir) Akibatnya, puluhan rumah terendam air disertai lumpur. Begitu juga tanaman padi di sawah mati tertimbun lumpur. Kemudian banjir bandang terjadi di Desa Sambongrejo dan Desa Senganten, Kecamatan Gondang, Bojonegoro, yang merendam 258 rumah pada Jumat, 19 Desember 2014. Banjir bandang terjadi akibat hujan deras, sehingga air dari perbukitan di Gondang menuju Sungai Pacal tidak bisa ditampung. Air dan lumpur setinggi rata-rata 50 sentimeter masuk ke rumah-rumah penduduk. (Baca: Banjir, Wagub Djarot: Tak Sehat Ngungsi Terus) Banjir bandang juga menyasar puluhan rumah penduduk di Desa Tejo, Desa Piyak, dan Desa Pesen, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, pada Kamis, 18 Desember 2014. Banjir terjadi akibat luapan Kali Mekuris yang menerima limpahan air dari kawasan bukit di selatan Bojonegoro. Akibatnya, tanggul selebar 5 meter dan dalam 2 meter itu jebol menggenangi sekitar 220 rumah lebih. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tuban Joko Ludiono, kerusakan hutan di kawasan pegunungan kapur utara Tuban menjadi salah satu penyebab utama banjir bandang. Selain itu, banjir kiriman dari hulu sungai juga menjadi penyebab banjir. "Ya, akibat kerusakan hutan," kata Joko kepada Tempo kemarin. Joko menyebutkan ada 8 kecamatan dari 20 kecamatan berpotensi longsor dan banjir bandang. Di antaranya Kecamatan Kerek, Merakurak, Montong, Rengel, Grabagan, Plumpang, Parengan, dan Kecamatan Soko. Daerah ini, selain terdapat beberapa pegunungan, juga ada dataran tinggi kapur yang dieksploitasi manusia, sehingga rawan jika hujan deras. Adapun di Bojonegoro, kawasan yang rawan terjadi banjir bandang berada di 8 kecamatan dari total 28 kecamatan. Seperti Kecamatan Gondang, Temayang, Dander, Bubulan, Kedewan dan Margomulyo, Kedungadem, serta Malo. Akibatnya, air dari atas kerap memunculkan banjir bandang. Sungai Pacal, Sungai Batokan, Sungai Mekuris, Sungai Semar Mendem, dan Sungai Bengawan Solo menjadi kanal saluran air. "Anak sungai tidak bisa menampung dari perbukitan," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Bengawan Solo, Mucharom, kepada Tempo kemarin. Menurut Joko, banjir bandang juga menjadi catatan penting atas kewaspadaan bencana saat musim hujan datang. Juga, bencana banjir luapan Sungai Bengawan Solo dari hulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar